Makalah Kelompok
MANAJEMEN PELATIHAN DAN PENYUSUNAN
RENCANA PELATIHAN
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd
Oleh:
KELOMPOK III
Lusiani Nim.
8136122027
Marlina Sari Dalimunthe Nim. 8136122028
Masta Junita Sirait Nim. 8136122029
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIMED
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pelatihan merupakan bagian dari
pembelajaran sepanjang hayat (continuing
Education). Tujuan dan keberadaan pelatihan berbeda dari suatu lembaga
dengan lembaga lain. Akan tetapi pada akhirnya tujuan dari lembaga yang
berhubungan dengan Pelatihan sangat berkaitan dengan bagaimana efektivitas
dalam mencapai tujuan. Bila setiap orang mempunyai urutan yang sama untuk
mencapai tujuan, pada akhirnya ketercapaian tujuan ini sangat tergantung pada
keberadaan manajer yang secara khusus memiliki tugas khusus dalam melakukan
perencanaan, pengorganisasian dan mengevaluasi setiap kegiatan lembaga dalam
upaya untuk mencapai tujuan.
Manajemen ialah seni dan ilmu dalam upaya
untuk mencapai tujuan orang-orang. Dalam beberapa segi manajemen berbeda dengan
administrasi karena yang terakhir ini lebih menekankan pada keterselenggaraan
tugas dibandingkan dengan melakukan kerjasama dengan orang-orang.
Lingkungan pendidikan yang sangat
kompetitif akan memiliki dampak seperti tuntutan untuk selalu membangun
keunggulan kompetitif, pemutakhirkan peta perjalanan (roadmap) organisasi
secara berkelanjutan, penentuan langkah-langkah strategik ke depan,
pengerahkan, pemusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam mewujudkan
masa depan organisasi. Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya
mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi,
sehingga menjadi tidak koheren antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana
Jangka Pendek dan Jangka Panjang, Implementasi
Manajemen diperlukan di dalam sebuah
organisasi menyusun perencanaan
strategik, sementara manajemen menengah sampai karyawan hanya melakukan
implementasi rencana jangka panjang dan pendek. Sistem ini hanya pas untuk
lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk
memperkirakan masa depan organisasi. Dalam pengembangan aktivitas, perguruan
tinggi harus melibatkan seluruh unit kerja dan personel didalamnya dalam
perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and control
menjadi sense and respon. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan dapat
terlihat dan terukur seluruh kinerja organisasi dalam berbagai level.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen
pelatihan?
2. Bagaimana penyusunan rencana pelatihan?
C. Tujuan Makalah
Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen
pelatihan
2. Untuk mengetahui penyusunan rencana
pelatihan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANAJEMEN
PELATIHAN
Poerwadarminta (1984) memberikan arti
kepada “pelatihan” sebagai pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh sesuatu
kecakapan. Flippo (1961) menegaskan bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan
suatu usaha pengetahuan dan kecakapan agar karyawan dapat mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, pelatihan dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja,
terorganisir dan sistematik di luar sistem persekolahan untuk memberikan dan
meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga
kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang mengutamakan
praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan
cara yang efisien dan efektif.
Pelatihan dilaksanakan guna mengajarkan sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibutuhkan anggota / kader penggerak suatu
organisasi atau untuk peningkatan kemampuan dalam menjalankan aktivitas
tertentu. Telah banyak metode pelatihan yang telah dikenal, antara lain program
pelatihan di tempat kerja (On the job training), pelatihan di kelas,
dan pelatihan vestibule (balai), sejenis pelatihan dengan simulasi
menggunakan peralatan dalam laboratory setting. Saat ini telah
dikembangkan pula pelatihan di alam terbuka (outdoor) misalnya outbond management training, yaitu metode
pelatihan di alam terbuka dengan penekanan pada pengembangan kemampuan di
bidang manajemen organisasi dan pengembangan diri (personal development)
yang disimulasikan melalui permainan-permainan yang secara langsung bisa
dirasakan oleh peserta dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan
kepercayaan diri (personal development), berpikir kreatif (inovasi),
rasa kebersamaan, saling percaya (trust) dll.
Menurut Stoner (1996) Manajemen
adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya
yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pengelolaan program pelatihan
tidak jauh berbeda dengan pengelolaan sebuah proyek atau program tertentu. Akan
tetapi, seringkali pengelolaan program pelatihan dianggap sebagai suatu yang
sederhana hingga banyak dikesampingkan. Hal ini ditengarai dengan "tingkat
keseriusan dan komitmen" berbagai pihak. Banyak pihak lebih memperhatikan
dan lebih menguntungkan "mengelola proyek fisik" daripada
"proyek pengembangan sumberdaya manusia melalui program pelatihan".
Di samping itu, tercermin pula dalam "penyediaan atau alokasi dana"
yang relatif kecil untuk komponen pelatihan, baik pelatihan bagi staf maupun
pelatihan bagi kelompok sasaran.
Sekaitan dengan judul tulisan
ini, terdapat dua kata yang dikombinasikan, yakni “manajemen” dan “pelatihan”.
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management, yang dalam bahasa
Indonesia disebut “pengelolaan”, sedangkan kata pelatihan merupakan asli bahasa
Indonesia, yang dalam bahasa Inggris disebut “training”. Dengan kata
lain, judul tulisan ini dapat juga disebutkan sebagai “manajemen training” atau
“pengelolaan pelatihan”, yakni proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran yang berupa kegiatan memahirkan.
Setiap pengelola pelatihan tidak dapat menggantungkan keberhasilan
pelatihan dari satu atau dua aspek saja, tetapi harus melihat secara
komprehensif semua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelatihan
tersebut. Salah satu aspek yang sangat penting tersebut adalah aspek manajemen,
yaitu bagaimana sebuah pelatihan dikelola dan diarahkan pada pencapaian tujuan.
Manajemen
pelatihan, dalam konteks yang lebih luas manajemen pelatihan memiliki dimensi
tentang bagaimana pengelolaan pelatihan, supaya pelatihan bisa berjalan dengan
baik dan berhasil secara efektif dan efisien. Manajemen pelatihan secara konsep
bisa diartikan “Proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan dengan memanfaatkan aspek-aspek
pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efisien”. Dalam
konteks yang lain manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan identik dengan
manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek. Oleh
karena itu daur Managing training
dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber : www. deliveri.org
Gambar ini
menjelaskan bahwa proses manajemen pelatihan dimulai dengan analisis, yaitu
analisis kebutuhan (need analysis) terhadap
hal-hal yang akan menjadi objek pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan desain
program pelatihan, yaitu langkah mendesain program-program pelatihan. Tahapan
berikutnya adalah pelaksanaan dan penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan
Penerapan program-program pelatihan. Kemudian diakhiri dengan evaluasi yaitu
tahap untuk memberikan penilaian dan analisa pengembangan. Pada setiap tahapan
tersebut akan ada proses umpan balik, yang bertujuan untuk mengontrol
efektivitas pelaksanaan dan proses pelatihan.
B.
PENYUSUNAN
RENCANA PELATIHAN
Sebagai langkah awal, mengelola
program pelatihan adalah penjajagan dan analisis kebutuhan pelatihan, baik
kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam lembaga atau
kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan pelatihan ini dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat ini maupun
kebutuhan pelatihan di masa yang akan datang, sebagai akibat adanya berbagai
perubahan. Di sisi lain, langkah ini disertai pula dengan identifikasi sumber
daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan tersebut dapat
dipecahkan.
Mengingat adanya berbagai
keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun keterbatasan lain, perlu pula
ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan skala prioritas, dengan menguji
"bagian atau unit manakah atau siapa saja dan posisi apa saja" yang
perlu diprioritaskan dengan jalan melakukan analisis jabatan atau analisis
posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis spesifikasi tugas,
kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan, ketrampilan yang
dibutuhkan untuk memenuhi "standar" yang diharapkan dalam uraian
tugas yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya menetapkan
"siapa" atau "calon peserta" yang potensial untuk mengikuti
program pelatihan.
Dari rangkaian kegiatan tersebut,
secara garis besar sudah dapat teridentifikasi "isi" atau
"materi" pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan
berdasarkan dalam "uraian tugas" dan "tujuan lembaga".
Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan
perencanaan pelatihan.
Dalam mendasain dan merencanakan
program pelatihan, hendaknya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
berbagai pihak terkait, terutama pihak manajemen untuk memperoleh komitmen
lebih jauh guna "menciptakan situasi yang mendukung dalam implementasi dan
pasca pelatihan. Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak
manajemen, akan menjadi kunci keberhasilan program pelatihan. Pepatah
mengatakan bahwa "perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah
terselesaikan". Pada umumnya, perencanaan pelatihan lebih banyak
membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam merencanakan program pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan,
(2) tujuan pelatihan; (3) peserta pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu
dan tempat pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7)
susunan panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) narasumber. Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyelenggara
pelatihan yang menyangkut komunikasi, logistik, fasilitator, peserta dan
prasarana pendukung lainnya.
Terakhir adalah evaluasi
pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya
menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi
pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai
kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan pelatihan maupun
proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985). Dalam melakukan penilaian
terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek
evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain,
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan
tindak lanjut, pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.
Penyusunan rencana pelatihan
secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:
Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan
Pelatihan
Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta
Pelatihan
Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus
Pelatihan
Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah
Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka
Acuan (TOR) Langkah
Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah
Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah
Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan
Berikut
ini penjelasan dari kesepuluh penyusunan rencana pelatihan:
1) Identifikasi
dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah pertama dan
utama dalam mengelola pelatihan adalah menjajagi dan mengetahui kebutuhan
pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Langkah ini
merupakan langkah yang bersifat mutlak dan esensial. Mengingat pentingnya
langkah ini, maka dalam melakukannya perlu perhatian dan persiapan yang matang.
Pendekatan
identifikasi kebutuhan pelatihan secara sistematis ini mempunyai relevansi yang
jelas antara kebutuhan pelatihan dengan kebutuhan atau persyaratan tugas.
Tujuan pendekatan pengelolaan program pelatihan ini adalah :
a.
Meningkatnya
prestasi kerja (kinerja) melalui perubahan pengetahuan dan keterampilan
b.
Terukurnya
biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost Benefit
Ratio)
c.
Spesifikasi
tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.
d.
Adanya
peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga.
2) Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas
Menguji dan menganalisis jabatan
adalah suatu proses mendapatkan informasi (data) tentang suatu jabatan untuk
penyusunan standar-standar tertentu. Secara umum, untuk melakukan analisis
jabatan dan analisis tugas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
- Menganalisis Uraian Tugas (Job Description);
- Mengananalisis spesifikasi tugas ;
- Menganalisis kualifikasi
Adapun, faktor-faktor yang perlu dipersiapkan antara
lain adalah:
a.
Pengetahuan,
keterampilan dan sikap
b.
Metoda
(proses, mesin/alat, bahan)
c.
Organisasi
/ prosedur
3) Klasifikasi dan
menentukan peserta pelatihan
Berdasarkan pada tahap
tersebut di atas dapat diketahui adanya berbagai klasifikasi peserta sesuai
dengan "jabatan dan tugas" yang diemban oleh masing-masing peserta.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan peserta. Namun, yang
pasti bahwa "makin heterogen/beragam" makin tajam pula sudut pandang
yang timbul karena adanya berbagai "posisi" dalam melihat dan
mempertimbangkan sesuatu. Disamping itu, penentuan peserta, khususnya dalam hal
jumlah, perlu pula mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang mendukung
pelatihan.
4) Merumuskan Tujuan
Pelatihan
Pada dasarnya tujuan
pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain, yang meliputi: (Bloom,
1971)
a.
Cognitive Domain, adalah tujuan pelatihan yang
berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan peserta.
b.
Affective Domain, adalah tujuan pelatihan yang
berkaitan dengan sikap dan tingkah laku dan,
c.
Psychomotor Domain yaitu tujuan pelatihan yang
berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta diklat.
Ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan pelatihan, yaitu:
a.
Jenis Tujuan Pelatihan, yaitu hendaknya jenis tujuan
pelatihan harus mencakup Pengetahuan (P), Sikap (S) dan Ketrampilan (K) dan
hasil yang diharapkan merupakan perubahan tingkah laku yang dapat
diobservasi/diamati.
b.
Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan pelatihan
semakin rumit untuk mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun
metoda pelatihan yang harus diberikan.
c.
Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan tujuan pelatihan
hendaknya juga mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.
d.
Waktu, faktor
waktu sangat menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan
e.
Peserta Pelatihan; faktor
peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan pelatihan baik
dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain sebagainya.
Dalam Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak ditekankan
pada isi, namun lebih pada proses yang menyertainya.
f.
Metoda dan Media; dalam
menyusun materi pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan kesesuaian metoda dan
media yang ada.
g.
Ketersediaan Pelatih; adakah
pelatih yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang dikehendaki dalam
pencapaian tujuan yang diharapkan.
h.
Evaluasi Pelatihan; faktor yang ikut mempengaruhi perumusan tujuan
adalah kompleksitas penyelenggaraan evaluasi baik dari sisi isi evaluasi maupun
proses yang harus ditempuh.
5) Rancangan Program Pelatihan (Rancangan Kurikulum
& Silabus)
Langkah-langkah penting di dalam
menyusun Rancangan Kurikulum & Silabus adalah sebagai berikut di bawah ini.
- Menentukan & Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan
Pada dasarnya, bilamana
penjajagan atau identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan dengan baik dan
benar serta perumusan tujuan pelatihan dan tingkat kedalamannya disusun dan
dirumuskan dengan baik, maka sebenarnya sudah dapat teridentifikasi apa isi materi
pelatihan yang diharapkan.
- Membangun Hubungan Logis dan Urutannya
Pada dasarnya dalam membangun
hubungan logis dan urutannya; dapat ditempuh dalam dua tahap, yaitu :
·
Hubungan
logis dan urutannya berdasarkan antar bidang topik/isi
·
Hubungan
logis dan urutannya berdasarkan pada satu bidang topik/isi yang dipecah menjadi
sub topik yang lebih rinci
- Menentukan Metoda & Media Pelatihan
Sesuai dengan prinsip pendidikan
orang dewasa yang menghendaki adanya keterlibatan aktif peserta pelatihan, maka
di dalam menentukan metoda pelatihan, hal yang paling mendasar untuk
diperhatikan adalah "adanya keterlibatan maksimal" peserta pelatihan
- Menentukan Kebutuhan Waktu
Biasanya, dalam menentukan
perkiraan kebutuhan waktu didasarkan pada "skala prioritas". Artinya
bahwa "topik utama" yang menjadi prioritas akan mendapatkan alokasi
waktu yang cukup panjang, sedangkan "topik yang lain" memperoleh
alokasi waktu yang relatif pendek.
6) Rencana Program Pelatihan
Uraian berikut ini merupakan
uraian rinci perencanaan penyelenggaraan pelatihan sehingga "kurikulum
pelatihan" sebagaimana telah diuraikan di atas dapat tercapai. Secara
rinci perencanaan penyelenggaraan pelatihan harus menentukan hal-hal sebagai
berikut :
- Siapa peserta pelatihan dan berapa jumlahnya,
- siapa fasilitator/pelatih,
- dimana tempat pelatihan akan dilaksanakan,
- waktu penyelenggaraan,
- kelengkapan pendukung,
- kebutuhan biaya dan menetapkan sumber dana,
- bahan pelatihan,
- tempat penyelenggaraan,
- konsumsi,
- akomodasi,
- transportasi,
- dokumentasi,
- sekretariat,
7) Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)
Langkah penting selanjutnya
adalah menyusun dan mengembangkan suatu kerangka Acuan Pelatihan atau Terms
of Reference (TOR). Pada umumnya garis
besar isi Kerangka Acuan Pelatihan (TOR) ini meliputi pokok pokok sebagai
berikut:
a.
Latar
Belakang/Pendahuluan (Mengapa);
b.
Tujuan
Pelatihan (Untuk Apa);
c.
Pokok
Bahasan/Materi Pelatihan (Apa);
d.
Pendekatan
dan Metodologi Pelatihan (Bagaimana);
e.
Peserta
Pelatihan dan Fasilitator (Siapa);
f.
Waktu
dan Tempat Pelatihan (Kapan dan Dimana);
g.
Sumber
dana dan Pembiayaan (Berapa);
8) Pelaksanaan Program
Pelatihan
Secara garis besar,
dalam penyelenggaraan pelatihan ada dua hal penting yang perlu dilakukan oleh
"Panitia Penyelenggara", yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan
Pelatihan.
a. Tahap Persiapan
Persiapan operasional ini antara lain meliputi:
1.
Pemberitahuan/Undangan kepada peserta;
2.
Pemberitahuan/Undangan kepada Fasilitator/Nara Sumber;
3. Menetapkan tempat
penyelenggaraan dan fasilitas yang tersedia
4. Mempersiapkan
Kelengkapan Bahan Pelatihan.
5. Mempersiapkan
Konsumsi;
b. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Secara umum, alur
pokok yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut di bawah
ini:
1. Pembukaan
Pelatihan;
2. Pencairan Suasana.
3. Pembahasan Materi
Pelatihan;
4. Rangkuman, Evaluasi
dan Tindak Lanjut pelatihan
9) Evaluasi Program
Pelatihan
Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan:
a.
Menemukan
bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan,
serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
b.
Memberi
kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta
penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c.
Mengetahui
sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya
perilaku di kemudian hari.
d.
Identifikasi
kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan selanjutnya.
Atas dasar ini, maka kegiatan evaluasi
pelatihan dapat berupa :
·
Evaluasi Proses Pelatihan
Evaluasi proses adalah evaluasi
yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama proses pelatihan
berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan mengungkapkan pendapat seluruh
peserta tentang Fasilitator, Peserta, Materi/Isi, dan proses pelatihan. Pada umumnya evaluasi proses pelatihan dapat
dilakukan dengan beberapa model atau cara, yaitu : Evaluasi harian, Evaluasi
mingguan dan Evaluasi akhir
·
Evaluasi Hasil Pelatihan
Evaluasi hasil pelatihan berguna
untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh suatu
tindakan pelatihan.
10) Tindak
Lanjut Pelatihan
Rencana Tindak Lanjut pelatihan
adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan setelah
kegiatan pelatihan selesai. Rencana Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara
spesifik dan realistis sesuai dengan tanggung jawabnya. Dalam menyusun Rencana
Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut:
- "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kegiatan sehari-hari di tempat kerjanya.
- "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh sehingga apa dapat terlaksana dengan baik dan benar.
- "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang harus dan perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. masyarakat, staf yang lain atau pimpinan lembaga.
- "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan akan dimulai dan kapan akan berakhir.
- "Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah akan dilakukan di lapangan dengan guru dan perangkat sekolah lainnya ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di luar lembaga lain yang terlibat di dalamnya.
Berdasarkan Rencana
Tindak Lanjut sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka akan dengan mudah
pihak yang bertanggung jawab terhadap program pelatihan untuk mengetahui
keluaran dan hasil serta dampak pelatihan.
Dengan demikian jelas
bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak hanya ada di pundak fasilitator
atau penyelenggara pelatihan. Yang paling penting adalah komitmen dan dukungan
dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga
"pengetahuan dan ketrampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa
diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Agar supaya hasil
pelatihan mempunyai dampak yang signifikan, maka peluang yang kondusif untuk
mempraktekkannya dalam pekerjaan sehari-hari perlu diciptakan. Karena
seringkali ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktekkannya
karena sistem lain yang kurang mendukung. Untuk itu maka proses perlu dilakukan
secara terus menerus guna melakukan perbaikan secara bertahap dan
berkesinambungan.
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen pelatihan adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan Pengevaluasian terhadap
kegiatan pelatihan dengan memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk mencapai
tujuan pelatihan secara efektif dan efisien. Manajemen atau pengelolaan pelatihan merupakan proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang berupa
kegiatan memahirkan. Sebagai suatu proses, manajemen pelatihan bergamitan
dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c)
evaluasi. Ketiga komponen tersebut dapat dijabarkan ke dalam sepuluh langkah
kegiatan dalam menyusun rencana pelatihan yaitu:
Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan
Pelatihan
Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta
Pelatihan
Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus
Pelatihan
Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah
Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka
Acuan (TOR) Langkah
Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah
Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah
Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan
Mengelola Pelatihan (Managing
Training) tidak ada bedanya dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal
selama ini. Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan mengacu ke analisis,
mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi.
Keberhasilan
pelatihan ditentukan oleh berbagai komponen, antara lain, pelatih, peserta
latihan, bahan, media, strategi, dan kondisi pelatihan. Pelatih termasuk
penentu utama keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin et. al., 1971. Handbook on Formative and Summative
Evaluation of Student Learning, New York: McGraw-Hill.
Knowles, Malcom S. 1980. The
Modern Practice in Adult Education, From pedagogy to andragogy, Newyork:
Cambridge The Adult Education Company
Leslie Rae.
1990. Mengukur
Efektifitas Pelatihan. Jakarta: PT Pustaka Bina Mandiri Pressindo
Stoner,
James A.F. Freeman, R. Edward, Gilbert J.R, Daniel R. (1996). Manajemen.
Jakarta: P.T. Prenhallindo.
Subagio,
Admodiniryo. 1993. Manajemen Training. Jakarta:
Balai Pustaka
Sudrajat, Yayat. Manajemen
Pelatihan. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._
BAHASA_DAERAH/ 196302101987031-YAYAT_SUDARYAT/MKL_BInd/ MANAJEMEN_PELATIHAN.pdf
Suryosubroto.
2005. Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan. Yogyakarta: FIP UNY
Syarif, Rusli. 1987. Teknik Manajemen Latihan dan
Pembinaan. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar